Minggu, 09 November 2014

tafsir tentang puasa




A.    Latar Belakang
Secara umum puasa menjadi sarana pembentukan kepribadian yang sangat efektif dan optimal. Dalam banyak bukti kita temukan bahwa salah satu bekal penting untuk menghadapi tantangan besar adalah dengan berpuasa. Seperti yang terjadi pada kuda aduan sebelum berpacu.
Bagi orang beriman berpuasa menjadi cara efektif dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan, Puasa juga melatih kesabaran dan menjadikan hidup bermakna, Jika kesabaran menjadi puncak kematangan pribadi seseorang dalam medan apapun, maka berpuasa melatih seseorang untuk bersabar. Berpuasa melatih seseorang untuk membiasakan diri dengan hidup bermakna, karena dengan berpuasa seseorang dilatih untuk tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berguna.
Puasa sebagai ibadah yang di syariatkan Allah SWT dengan kaifiyah tertentu. Puasa merupakan sarana mengontrol diri dan mencegah dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum. Selain itu, menjauhkan dan mengekang dri dari segala sesuatu yang diikuti hawa nafsu.Kehadiran bulan suci ramadhan nanti akan di sambut dengan gembira dan rasa syukur oleh kaum muslimin. Hal itu, sudah menjadi sepatutnya mempersiapkan diri meyambut bulan ramadhan, agar di bulan ramadhan kali ini benar-benar menjadi proses pembersihan batin supaya memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita kepada orientasi ibadah puasa, yakni terwujudnya insan yang bertakwa.

A.     
BAB II
Pembahasan

A.    Konsep Dasar Puasa
Puasa ( P$uÅ_Á9$# ) berasal dari akar kata ص  و  م yang  berarti "menahan", "berhenti atau "tidak bergerak”. Manusia  yang  berupaya menahan diri dari suatu aktivitas apa pun, dan  aktivitas  itu dinamai  shiyam  (berpuasa).  Pengertian tersebut dipersempit  maknanya  oleh  hukum  syariat, sehingga shiyam hanya digunakan untuk "menahan diri dari makan, minum,  dan  menjauhkan sesuatu yang diharamkan dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari".[1]
Adapun secara istilah shiyam (puasa) yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Seperti dalam potongan QS. Al-Baqarah : 187
¨@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$uŠÅ_Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. šcqçR$tFøƒrB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçŽÅ³»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tFŸ2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝøsƒø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsƒø:$# ÏŠuqóF{$# z`ÏB ̍ôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$uÅ_Á9$# n<Î) È@øŠ©9$# 4 Ÿwur  ÆèdrçŽÅ³»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ߊrßãn «!$# Ÿxsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ムª!$# ¾ÏmÏG»tƒ#uä Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcqà)­Gtƒ ÇÊÑÐÈ  
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[2] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Puasa merupakan salah satu rukun Islam sekaligus sebagai salah satu kewajiban dari Allah SWT (bagi hamba-Nya yang beriman). Yakni ibadah yang sudah populer dalam agama dan telah menjadi kesepakatan di kalangan kaum Muslimin, yang diwarisi oleh para pendahulunya. Puasa ini telah ditunjukkan oleh al-Kitab, as-Sunnah, ijma’ dan akal. Puasa kunci dasarnya adalah mengen­dalikan hawa nafsu, mengen­dalikan sikap dan perilaku, serta meningkatkan ibadah.[3]

B.     Macam-macam Puasa
Mengenai macam-macam puasa, bahwasannya dilihat dari segi hukum terbagi menjadi empat macam, diantaranya yaitu:[4]
1.      Puasa Wajib, yaitu puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Dan yang termasuk ke dalam puasa wajib, diantaranya: Puasa Ramadhan, Puasa Kifarat, Puasa Nazar.
2.      Puasa Sunnah (mandub), yaitu puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain : Puasa Tasu’a (‘asyura), Puasa Arafah, Puasa Senin-Kamis, Puasa 6 hari di bulan Syawal, dsb.
3.      Puasa Makruh, Dan yang termasuk dalam puasa makruh, diantaranya : puasa hari Jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan.
4.      Puasa Haram. Maksudnya ialah seluruh umat Islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah : a) Puasa pada dua hari raya, b) Tiga hari setelah hari raya kurban, c) Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat.

C.    Tujuan Puasa

1.       Mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS al-Ankabuut ayat 45).[5]
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  
45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2.      Penghapus Dosa
Rasulullah SAW bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لَمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dari Jum’at menuju Jum’at berikut Ramadhan hingga Ramadhan adl penghapus dosa di antara apabila ditinggalkan dosa-dosa besar.”
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yg berpuasa Ramadhan dgn keimanan dan mengharap ridha Allah akan diampuni dosa-dosa yg terdahulu.”
3.      Membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, (Al-Baqarah [2]: 183):[6]
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Allah SWT memerintahkan kita berpuasa dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa. Tapi untuk menjadi bertakwa tidaklah mudah, harus ada jalan yang ditempuh. Dengan berpuasa, seseorang ibarat sedang menanam. Jika dia  memelihara tanaman tersebut dan terus memupuknya dengan baik, maka suatu saat dia akan memetik hasilnya. Itulah buah takwa.
Berpuasa selain membentuk pribadi yang takwa, ternyata bisa menyehatkan jasmani bahkan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal ini banyak dikemukan oleh para pakar kesehatan dunia baik yang Muslim ataupun non Muslim. Karena, ketika seseorang berpuasa berarti mengurangi lebih dari setengah apa yang kita makan setiap hari yang berarti mengurangi resiko akibat masuknya penyakit kedalam tubuh kita. Selain itu, dengan berpuasa, kita telah mengistirahatkan pencernaan yang tidak pernah berhenti mengolah makanan saat tidak berpuasa.

D.    Kaitan Puasa dan Do’a
Dalam QS.al-Baqarah : 186 tidak berbicara tentang puasa,  tetapi tentang  doa. Penempatan uraian tentang doa atau penyisipannya dalam uraian al-Qur’an tentang puasa  tentu  mempunyai  rahasia tersendiri. Agaknya  mengisyaratkan bahwa berdoa di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan,  dan  karena itu   ayat  tersebut  menegaskan  bahwa  "Allah  dekat  kepada hamba-hamba-Nya dan menerima doa siapa yang berdoa".[7]
#sŒÎ)ur y7s9r'y ÏŠ$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=ƒÌs% ( Ü=Å_é& nouqôãyŠ Æí#¤$!$# #sŒÎ) Èb$tãyŠ ( (#qç6ÉftGó¡uŠù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 šcrßä©ötƒ ÇÊÑÏÈ  
186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Maksud penjelasan ayat diatas menurut tafsir jalalain ialah (segolongan orang-orang bertanya kepada Nabi saw., "Apakah Tuhan kami dekat, maka kami akan berbisik kepada-Nya, atau apakah Dia jauh, maka kami akan berseru kepada-Nya." Maka turunlah ayat ini. ("Dan apabila hamba-hamba-Ku menanyakan kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku Maha Dekat) kepada mereka dengan ilmu-Ku, beritahukanlah hal ini kepada mereka (Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa, jika ia berdoa kepada-Ku) sehingga ia dapat memperoleh apa yang dimohonkan. (Maka hendaklah mereka itu memenuhi pula perintah-Ku) dengan taat dan patuh (serta hendaklah mereka beriman) senantiasa iman (kepada-Ku supaya mereka berada dalam kebenaran.") atau petunjuk Allah.[8]

E.     Etika Puasa
Di antara etika berpuasa ada yang sifatnya wajib dan ada juga yang sunnah.[9] Di antaranya adalah:
1.      Sedapat mungkin sahur dan menundanya hingga di penghujung waktunya. Rasulullah bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah, sesungguhnya di dalam sahur itu mengandung berkah.” (Shahih al-Bukhari juz VII hal. 217 no. 1923)
Jadi, sahur adalah makanan yang penuh dengan berkah, sekaligus menyelisihi kebiasan ahlul kitab. Sementara itu sebaik-baik makanan sahur adalah kurma. (HR al-Bukhori).
2.      Menyegerakan berbuka (bila telah sampai waktunya). Rosulullah SAW bersabda:
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Orang-orang akan selalu mendapatkan kebajikan selagi mereka menyegerakan dalam berbuka puasa.”(Shahih al-Bukhari juz II hal. 692 no. 1856)
3.      Menghindari rafats, karena Rasulullah  SAW  bersabda:
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ
“Apabila pada hari seseorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah dirinya berbuat rafats.”[10] (Shahih al-Bukhari juz II hal. 673 no. 1805)
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya selain rasa lapar belaka.”(Sunan Ibni Majah juz I hal. 539 no.1690, dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib juz XIII hal. 173 no.5801)


BAB III
Kesimpulan

Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dilaksanakan oleh umat terdahulu, yang mana perintahnya telah disampaikan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, yang sampai pada kita selaku umatnya yang melaksanakan perintah wajib tersebut pada bulan Ramadhan, dan bulan lain selain Bulan ramadan yang mana kedudukannya sebagai sunah.
Ibadah puasa bisa menjadi sana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai mana dijelaskan diatas.



[1] Ibn Muhammad al-Jurjany, Al-Ta’rifat, Beirut: Dar al-Kitab al-Alamiyah,1977.  Hal : 27
[2] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
[3] Al-Jarjawy, Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuhu, Beirut: dar al-Fikr, 1997, hal : 77
[4] Ibid, Al-Jarjawy, Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuhu.. hal 79
[5] Hasbi ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Jakarta: Bulan Bintang, 1954. Hal 96
[6] Ibid, Hasbi ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah... hal 100
[7] Ibid, Hasbi ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah... hal 104
[8] Ibid, Hasbi ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah... hal 104
[10] Rafats adalah jatuh dalam perbuatan maksiat. Oleh karena itu orang yang berpuasa seharusnya meninggalkan semua perbuatan haram, seperti menggunjing, perkataan jorok dan dusta, karena perbuatan tersebut dapat menghapus pahala puasanya. Rasulullah telah bersabda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar