A.
Latar Belakang
Secara
umum puasa menjadi sarana pembentukan kepribadian yang sangat efektif dan
optimal. Dalam banyak bukti kita temukan bahwa salah satu bekal penting untuk
menghadapi tantangan besar adalah dengan berpuasa. Seperti yang terjadi pada
kuda aduan sebelum berpacu.
Bagi orang beriman berpuasa menjadi cara efektif dalam
membentuk kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan, Puasa juga melatih
kesabaran dan menjadikan hidup bermakna, Jika kesabaran menjadi puncak
kematangan pribadi seseorang dalam medan apapun, maka berpuasa melatih
seseorang untuk bersabar. Berpuasa melatih seseorang untuk membiasakan diri
dengan hidup bermakna, karena dengan berpuasa seseorang dilatih untuk tidak
mengerjakan sesuatu yang tidak berguna.
Puasa sebagai ibadah yang
di syariatkan Allah SWT dengan kaifiyah tertentu. Puasa merupakan sarana mengontrol diri dan
mencegah dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum.
Selain itu, menjauhkan dan mengekang dri dari segala sesuatu yang diikuti hawa
nafsu.Kehadiran bulan suci ramadhan nanti akan di sambut dengan gembira dan
rasa syukur oleh kaum muslimin. Hal itu, sudah menjadi sepatutnya mempersiapkan
diri meyambut bulan ramadhan, agar di bulan ramadhan kali ini benar-benar
menjadi proses pembersihan batin supaya memiliki nilai yang tinggi dan dapat
mengantarkan kita kepada orientasi ibadah puasa, yakni terwujudnya insan yang
bertakwa.
A.
BAB II
Pembahasan
A. Konsep
Dasar Puasa
Puasa ( P$uÅ_Á9$# ) berasal dari akar kata ص
و م yang berarti "menahan", "berhenti” atau "tidak bergerak”. Manusia yang
berupaya menahan diri dari suatu aktivitas apa pun, dan aktivitas
itu dinamai shiyam (berpuasa).
Pengertian tersebut dipersempit
maknanya oleh hukum
syariat, sehingga shiyam hanya digunakan untuk "menahan diri dari makan, minum, dan
menjauhkan sesuatu yang diharamkan dari terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari".[1]
Adapun secara istilah shiyam (puasa) yaitu “menahan diri
dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar
sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Seperti dalam
potongan QS. Al-Baqarah : 187
¨@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$uÅ_Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. cqçR$tFørB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçų»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tF2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKt ãNä3s9 äÝøsø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsø:$# ÏuqóF{$# z`ÏB Ìôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$uÅ_Á9$# n<Î) È@ø©9$# 4 wur Æèdrçų»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ßrßãn «!$# xsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ã ª!$# ¾ÏmÏG»t#uä Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 cqà)Gt ÇÊÑÐÈ
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[2] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
supaya mereka bertakwa.
Puasa merupakan salah satu rukun Islam
sekaligus sebagai salah satu kewajiban dari Allah SWT (bagi hamba-Nya yang
beriman). Yakni ibadah yang sudah populer dalam agama dan telah menjadi
kesepakatan di kalangan kaum Muslimin, yang diwarisi oleh para pendahulunya.
Puasa ini telah ditunjukkan oleh al-Kitab, as-Sunnah, ijma’ dan akal. Puasa
kunci dasarnya adalah mengendalikan hawa nafsu, mengendalikan sikap dan perilaku,
serta meningkatkan ibadah.[3]
B.
Macam-macam Puasa
Mengenai macam-macam puasa, bahwasannya
dilihat dari segi hukum terbagi menjadi empat macam, diantaranya yaitu:[4]
1.
Puasa Wajib, yaitu
puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syariat Islam. Dan yang termasuk ke dalam puasa wajib, diantaranya: Puasa Ramadhan, Puasa Kifarat, Puasa Nazar.
2.
Puasa Sunnah
(mandub), yaitu puasa yang apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Adapun puasa sunnat itu antara lain : Puasa Tasu’a (‘asyura), Puasa Arafah,
Puasa Senin-Kamis, Puasa 6 hari di bulan Syawal, dsb.
3.
Puasa Makruh, Dan yang termasuk dalam puasa
makruh, diantaranya : puasa hari Jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun
Qibthi, puasa hari perayaan besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa
sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan.
4.
Puasa Haram. Maksudnya
ialah seluruh umat Islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita
berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka
sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah : a) Puasa pada
dua hari raya, b) Tiga hari setelah hari raya kurban, c) Puasa seorang wanita
tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat.
C. Tujuan Puasa
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) ÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
45.
bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
2. Penghapus
Dosa
Rasulullah
SAW bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ
إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لَمَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima
waktu dari Jum’at menuju Jum’at berikut Ramadhan hingga Ramadhan adl penghapus
dosa di antara apabila ditinggalkan dosa-dosa besar.”
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ
إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yg
berpuasa Ramadhan dgn keimanan dan mengharap ridha Allah akan diampuni
dosa-dosa yg terdahulu.”
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Allah
SWT memerintahkan kita berpuasa dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa.
Tapi untuk menjadi bertakwa tidaklah mudah, harus ada jalan yang ditempuh.
Dengan berpuasa, seseorang ibarat sedang menanam. Jika
dia memelihara tanaman tersebut dan terus memupuknya dengan baik,
maka suatu saat dia akan memetik hasilnya. Itulah buah takwa.
Berpuasa selain membentuk pribadi yang takwa, ternyata
bisa menyehatkan jasmani bahkan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal
ini banyak dikemukan oleh para pakar kesehatan dunia baik yang Muslim ataupun
non Muslim. Karena, ketika seseorang berpuasa berarti mengurangi lebih dari
setengah apa yang kita makan setiap hari yang berarti mengurangi resiko akibat
masuknya penyakit kedalam tubuh kita. Selain itu, dengan
berpuasa, kita telah mengistirahatkan pencernaan yang tidak pernah berhenti
mengolah makanan saat tidak berpuasa.
D.
Kaitan Puasa dan Do’a
Dalam QS.al-Baqarah
: 186 tidak berbicara tentang puasa, tetapi tentang doa. Penempatan uraian
tentang doa atau penyisipannya dalam
uraian al-Qur’an tentang puasa tentu mempunyai
rahasia tersendiri.
Agaknya mengisyaratkan
bahwa berdoa di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan, dan
karena itu ayat
tersebut menegaskan bahwa
"Allah dekat kepada hamba-hamba-Nya dan menerima doa siapa yang berdoa".[7]
#sÎ)ur y7s9r'y Ï$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=Ìs% ( Ü=Å_é& nouqôãy Æí#¤$!$# #sÎ) Èb$tãy ( (#qç6ÉftGó¡uù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 crßä©öt ÇÊÑÏÈ
186.
dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Maksud penjelasan ayat diatas menurut
tafsir jalalain ialah (segolongan orang-orang bertanya kepada Nabi saw.,
"Apakah Tuhan kami dekat, maka kami akan berbisik kepada-Nya, atau apakah
Dia jauh, maka kami akan berseru kepada-Nya." Maka turunlah ayat ini.
("Dan apabila hamba-hamba-Ku menanyakan kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku Maha Dekat) kepada mereka dengan ilmu-Ku, beritahukanlah hal
ini kepada mereka (Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa, jika ia berdoa
kepada-Ku) sehingga ia dapat memperoleh apa yang dimohonkan. (Maka hendaklah
mereka itu memenuhi pula perintah-Ku) dengan taat dan patuh (serta hendaklah
mereka beriman) senantiasa iman (kepada-Ku supaya mereka berada dalam
kebenaran.") atau petunjuk Allah.[8]
E.
Etika Puasa
1. Sedapat
mungkin sahur dan menundanya hingga di penghujung waktunya. Rasulullah
bersabda:
تَسَحَّرُوا
فَإِنَّ فِى
السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah, sesungguhnya di dalam
sahur itu mengandung berkah.”
(Shahih al-Bukhari juz VII hal. 217 no. 1923)
Jadi, sahur adalah makanan yang
penuh dengan berkah, sekaligus menyelisihi kebiasan ahlul kitab. Sementara itu
sebaik-baik makanan sahur adalah kurma. (HR al-Bukhori).
2. Menyegerakan
berbuka (bila telah sampai waktunya). Rosulullah SAW bersabda:
لاَ
يَزَالُ النَّاسُ
بِخَيْرٍ مَا
عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Orang-orang akan selalu mendapatkan
kebajikan selagi mereka menyegerakan dalam berbuka puasa.”(Shahih al-Bukhari juz II hal. 692
no. 1856)
3.
Menghindari rafats, karena
Rasulullah SAW bersabda:
وَإِذَا
كَانَ يَوْمُ
صَوْمِ أَحَدِكُمْ
فَلاَ يَرْفُثْ
“Apabila pada hari seseorang di
antara kamu berpuasa, maka janganlah dirinya berbuat rafats.”[10]
(Shahih al-Bukhari juz II hal. 673
no. 1805)
رُبَّ
صَائِمٍ لَيْسَ
لَهُ مِنْ
صِيَامِهِ إِلاَّ
الْجُوعُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa,
tetapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya selain rasa lapar belaka.”(Sunan Ibni Majah juz I hal. 539
no.1690, dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih al-Targhib wa
al-Tarhib juz XIII hal. 173 no.5801)
BAB III
Kesimpulan
Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dilaksanakan oleh
umat terdahulu, yang mana perintahnya telah disampaikan oleh para Nabi sebelum
Nabi Muhammad SAW, yang sampai pada kita selaku umatnya yang melaksanakan
perintah wajib tersebut pada bulan Ramadhan, dan bulan lain selain Bulan
ramadan yang mana kedudukannya sebagai sunah.
Ibadah puasa bisa menjadi sana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sebagai mana dijelaskan diatas.
[2] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah.
[10] Rafats adalah jatuh dalam perbuatan maksiat.
Oleh karena itu orang yang berpuasa seharusnya meninggalkan semua perbuatan
haram, seperti menggunjing, perkataan jorok dan dusta, karena perbuatan
tersebut dapat menghapus pahala puasanya. Rasulullah telah bersabda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar