Minggu, 09 November 2014

TAQDIR (Realisasi Taqdir dan Ikhtiar)




Kata takdir berasal dari bahasa Arab, yakni تقدير yang berakar kata dari kata قدر، يقدر، تقديرا  yang berarti ukuran terhadap sesuatu atau memberi kadar. Sedangkan menurut istilah, adalah ketentuan suatu  peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu sudah ada takdirnya, termasuk manusia[1].
Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Furqaan ayat 2:
Ï%©!$# ¼çms9 à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur óOs9ur õÏ­Gtƒ #Ys9ur öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! Ô7ƒÎŽŸ° Îû Å7ù=ßJø9$# t,n=yzur ¨@à2 &äóÓx« ¼çnu£s)sù #\ƒÏø)s? ÇËÈ  
2. yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[2].

Segala sesuatunya sudah ditentukan Tuhan sejak zaman azali baik atau buruknya, dan bisa saja berubah jika ada usaha untuk merubahnya. Sehingga, jika Allah telah mentakdirkan demikian, berarti Allah telah memberi kadar atau ukuran atau batas tertentu dalam diri, sifat maupun kemampuan maksimal makhluknya. Kemampuan pada diri manusia inilah yang boleh berubah, dan terkadang memang mengalami perubahan disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri[3].
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa adanya kemungkinan perubahan takdir dari Allah SWT. Sebagaimana manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna, akan tetapi tentunya tiap-tiap diri manusia memiliki kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Walaupun manusia telah ditakdirkan dengan segala kekurangannya, namun itu semua bukanlah menjadi suatu alasan bagi manusia untuk terus menjadi yang terbaik. Dan langkah untuk mengubah suatu takdir yakni dengan do’a, karena tidak ada sesuatu hal pun yang dapat mengubah takdir kecuali do’a.
Menurut ahli pakar ilmu Al-Qur’an, M. Quraish Shihab pun menyatakan bahwa dengan adanya takdir tidak menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depanya sendiri sambil memohon bantuan Ilahi. Dalam sebuah hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa taqdir yang Allah SWT telah tentukan bisa berubah[4]. Dan faktor yang dapat mengubah takdir ialah doa seseorang. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.”
 (HR Tirmidzi).

Takdir Allah SWT, merupakan bagian dari rukun iman yang wajib kita yakini keberadaannya. Meyakini keberadaan takdir artinya percaya bahwa segala hal dan peristiwa di alam raya ini terjadi atas izin dan ketentuan Allah SWT. Tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang tanpa tujuan atau terjadi di luar pengetahuan dan kuasa-Nya[5].
Kita meyakini bahwa Allah itu ada meskipun pada kenyataannya kita semua sebagai makhluknya tidak dapat melihat wujud-Nya secara langsung. Akan tetapi, kita dapat merasakan keberadaannya tersebut. Yakni dengan segala ketentuan-ketentuan yang telah diatur serta disusun oleh-Nya secara baik[6].
Dan segala ketentuan tersebut merupakan suatu takdir yang mana telah digariskan oleh Allah terhadap makhluk-makhluk Nya termasuk manusia. Sebagai manusia kita pun tidak terlepas dari takdir Allah. Baik dari kelahiran, kematian, jodoh, rezeki, dan bermacam peristiwa lain dalam hidup kita berada dalam lingkup ketentuan-Nya[7]. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath-Thalaq ayat 3 :
çmø%ãötƒur ô`ÏB ß]øym Ÿw Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGtƒ n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾Ín̍øBr& 4 ôs% Ÿ@yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ    
3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya[8]. Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti manusia hanya bisa tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia harus tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Janganlah menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan[9].
Dan Allah pula telah mencontohkan kisah Nabi  Ya’qub dalam Al-Qur’an sebagai contoh nyata pelajaran orang-orang yang ditimpa kesusahan dan larangan berputus asa. Nabi Ya'qub yang terus berdo'a dan berharap pada Tuhannya setiap saat agar tidak termasuk orang-orang yang berputus asa, karena berputus asa pada kebaikan Tuhan adalah sifat-sifat orang yang kafir[10].
Kisah tersebut digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 87:
¢ÓÍ_t7»tƒ (#qç7ydøŒ$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqムÏmŠÅzr&ur Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ  
87. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Berikhtiarlah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kita, yakni dengan memilih jalan-jalan keluar yang baik-baik dan yang diridhoi Allah SWT.


[1] M.Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an. Hlm 303
[2] Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
[3] Ibid, M.Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’anhlm 304
[4] Ibid, M.Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’anhlm 304
[5] Ibid. M.Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’anhlm 305
[6] Saefuddin, takdir ?, Panca Setia, (Subang:2008) cet :2, hlm 29
[7] Ibid, Saefuddin, takdir… Hlm 45
[8] Ibid, Saefuddin, takdir… Hlm 46
[9] Ahmad Fatah, Memahami Takdir, (Pustaka Setia: Bandung 2011) cet 1: hlm 12
[10] Ibid, Ahmad Fatah, Memahami Takdir… hlm 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar