A. Pengertian Tuhan
Pada
mulanya, tiap kepercayaan keagamaan mengenal yang namanya Tuhan. Berawal dari
manusia dalam tiap-tiap agama tersebut menciptakan satu Tuhan yang mana
merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi.
Dia tidak terwakili oleh gambaran apapun.
Perlu
diketahui bahwa makna Tuhan memiliki banyak pengertian. Dalam al-Qur’an
penggunaan kata Tuhan berupa lafazh الله , اله, رب . Kata Tuhan disebutkan
lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an. Pengertian
makna Tuhan, yakni suatu Dzat yang memiliki kekuasaan,
kemampuan untuk mengubah, mengatur dan menguasai atas (segala) sesuatu yang
lain yang ada di bumi dan di langit. Dia bersifat Yang Maha Esa (tunggal),
tidak beranak juga tidak pula diperanakkan.
Berdasarkan
penelusuran dari kitab Mu’jam Mufahros Li al-Fadzhil Qur’an, maka
diperoleh informasi bahwa terdapat ayat-ayat tentang Tuhan. Pada tiap-tiap
surat dalam al-Qur’an hampir kebanyakan dalam ayat-ayatnya terdapat lafazh الله , اله, رب yang mana digunakan sebagai ungkapan dari
kata Tuhan.
Dikarenakan banyaknya kata Tuhan dalam al-Qur’an, maka
diambil beberapa contoh dari tiap-tiap lafazh tersebut. Untuk mengetahui
makna-makna yang berbeda tiap ayat-ayat pada surat dalam al-Qur’an.
Bentuk
kata dari Tuhan dalam al-Qur’an adalah
berbentuk lafazh الله
, اله, رب yang terdapat dalam hampir semua surat. Diantara pengklasifikasian
lafazh tersebut, yakni :
1. Lafazh الله , diantaranya terdapat dalam surat al-Baqarah (2) : 7,
an-Nisᾱ (4) : 27, al-Anfᾱl (8) : 2
zNtFyz
ª!$#
4n?tã
öNÎgÎ/qè=è%
4n?tãur
öNÎgÏèôJy
(
#n?tãur
öNÏdÌ»|Áö/r&
×ouq»t±Ïî
(
öNßgs9ur
ë>#xtã
ÒOÏàtã
ÇÐÈ
“Allah telah
mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, dan mereka
akan mendapat siksa yang berat.” (QS. Al-Baqarah : 7)
Tafsiran
ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwasannya (Allah mengunci mati hati mereka) maksudnya menutup rapat
hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan (begitu pun pendengaran
mereka) maksudnya alat-alat atau sumber-sumber pendengaran mereka dikunci
sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang mereka terima
(sedangkan penglihatan mereka ditutup) dengan penutup yang menutupinya sehingga
mereka tidak dapat melihat kebenaran (dan bagi mereka siksa yang besar) yang
berat lagi tetap.
ª!$#ur
ßÌã
br&
z>qçGt
öNà6øn=tæ
ßÌãur
úïÏ%©!$#
tbqãèÎ7Gt
ÏNºuqpk¤¶9$#
br&
(#qè=ÏÿsC
¸xøtB
$VJÏàtã
ÇËÐÈ
“Dan Allah hendak
menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud
supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisᾱ : 27)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain
bahwa (dan Allah hendak menerima tobatmu) diulang-Nya di sini
untuk menjadi dasar pembinaan (sementara orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya ingin) yakni orang-orang Yahudi, Nasrani atau Majusi atau yang gemar
berzina (agar kamu berpaling sejauh-jauhnya) artinya menyimpang dari kebenaran
dengan berbuat apa yang diharamkan sehingga kamu akan menjadi seperti mereka pula.
$yJ¯RÎ)
cqãZÏB÷sßJø9$#
tûïÏ%©!$#
#sÎ)
tÏ.è
ª!$#
ôMn=Å_ur
öNåkæ5qè=è%
#sÎ)ur
ôMuÎ=è?
öNÍkön=tã
¼çmçG»t#uä
öNåkøEy#y
$YZ»yJÎ)
4n?tãur
óOÎgÎn/u
tbqè=©.uqtGt
ÇËÈ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfᾱl : 2)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Ibnu
Katsir bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang munafik itu tiada sesuatu
pun dari sebutan nama Allah yang dapat mempengaruhi hati mereka untuk mendorong
mereka mengerjakan hal-hal yang difardhukan-Nya. Mereka sama sekali tidak
beriman kepada sesuatu pun dari ayat-ayat Allah, tidak bertawakkal, tidak
shalat apabila sendirian, dan tidak menunaikan zakat harta bendanya. Maka Allah
menyebutkan bahwa mereka bukan orang-orang yang beriman. Kemudian Allah menyebutkan
sifat orang-orang mu’min dalam firman-Nya, dan karena itu maka mereka mengerjakan
hal-hal yang difardhukan-Nya. Dan kepercayaan mereka pun makin bertambah tebal
dan mendalam. Yakni mereka tidak mengharapkan kepada seorang pun selain-Nya.
2. Lafazh , اله diantaranya terdapat dalam surat
al-Baqarah (2) : 255, an-Nisᾱ (4) : 171, Hữd (11) : 14
ª!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 w ¼çnäè{ù's? ×puZÅ wur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #s Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã wÎ) ¾ÏmÏRøÎ*Î/ 4 ãNn=÷èt $tB ú÷üt/ óOÎgÏ÷r& $tBur öNßgxÿù=yz ( wur tbqäÜÅsã &äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã wÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( wur ¼çnßqä«t $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ
“Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Allah meliputi langit dan
bumi
dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah : 255)
@÷dr'¯»t É=»tGÅ6ø9$# w (#qè=øós? Îû öNà6ÏZÏ wur (#qä9qà)s? n?tã «!$# wÎ) ¨,ysø9$# 4 $yJ¯RÎ) ßxÅ¡yJø9$# Ó|¤Ïã ßûøó$# zNtótB Ú^qÞu «!$# ÿ¼çmçFyJÎ=2ur !$yg9s)ø9r& 4n<Î) zNtótB Óyrâur çm÷ZÏiB ( (#qãZÏB$t«sù «!$$Î/ ¾Ï&Î#ßâur ( wur (#qä9qà)s? îpsW»n=rO 4 (#qßgtFR$# #Zöyz öNà6©9 4 $yJ¯RÎ) ª!$# ×m»s9Î) ÓÏmºur ( ÿ¼çmoY»ysö7ß br& cqä3t ¼ã&s! Ó$s!ur ¢ ¼ã&©! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 4s"x.ur «!$$Î/ WxÅ2ur ÇÊÐÊÈ
“Wahai ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya cukuplah Allah
menjadi Pemelihara.” (QS. An-Nisᾱ :
171)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain
bahwa (Allah, tak
ada Tuhan), artinya tak ada ma`bud atau sembahan yang sebenarnya di alam wujud
ini, (melainkan Dia Yang Maha Hidup), artinya Kekal lagi Abadi (dan senantiasa
mengatur), maksudnya terus-menerus mengatur makhluk-Nya (tidak mengantuk) atau
terlena, (dan tidak pula tidur. Milik-Nyalah segala yang terdapat di langit dan
di bumi) sebagai kepunyaan, ciptaan dan hamba-Nya. (Siapakah yang dapat),
maksudnya tidak ada yang dapat (memberi syafaat di sisi-Nya, kecuali dengan
izin-Nya) dalam hal itu terhadapnya. (Dia mengetahui apa yang di hadapan
mereka), maksudnya di hadapan makhluk (dan apa yang di belakang mereka),
artinya urusan dunia atau soal akhirat, (sedangkan mereka tidak mengetahui
suatu pun dari ilmu-Nya), artinya manusia tidak tahu sedikit pun dari apa yang
diketahui oleh Allah itu, (melainkan sekadar yang dikehendaki-Nya) untuk mereka
ketahui melalui pemberitaan dari para Rasul. (Kursinya meliputi langit dan
bumi) ada yang mengatakan bahwa maksudnya ialah ilmu-Nya, ada pula yang
mengatakan kekuasaan-Nya, dan ada pula Kursi itu sendiri yang mencakup langit
dan bumi, karena kebesaran-Nya, berdasarkan sebuah hadis, "Tidaklah langit
yang tujuh pada kursi itu, kecuali seperti tujuh buah uang dirham yang
dicampakkan ke dalam sebuah pasukan besar (Dan tidaklah berat bagi-Nya
memelihara keduanya), artinya memelihara langit dan bumi itu (dan Dia Maha
Tinggi) sehingga menguasai semua makhluk-Nya, (lagi Maha Besar).
óO©9Î*sù (#qç7ÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& cqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ
“Jika mereka yang
kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah.
Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasannya tidak
ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?.” (QS. Hữd : 14)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir
Jalalain bahwa (Jika) bila (mereka yang kalian seru tidak menerima seruan/ajakan
kalian) yaitu orang-orang
yang kalian ajak untuk membantu kalian (maka ketahuilah) kitab atau pembicaraan ditujukan kepada
orang-orang musyrik (sesungguhnya Al-quran itu diturunkan) berdasarkan (ilmu Allah) dan bukannya buat-buatan
yang dilakukan terhadap-Nya (dan bahwasanya) an di sini adalah bentuk takhfif
daripadanya (tidak ada
Tuhan selain Dia, maka maukah kalian berserah diri kepada-Nya) sesudah adanya
hujah-hujah yang pasti ini. Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalian masuk
Islam.
3. Lafazh , رب diantaranya terdapat dalam surat
as -Shỡffᾱt (37) : 180-182, an-Nabᾱ (78) : 37
z`»ysö6ß y7În/u Éb>u Ío¨Ïèø9$# $¬Hxå cqàÿÅÁt ÇÊÑÉÈ íN»n=yur n?tã úüÎ=yößJø9$# ÇÊÑÊÈ ßôJptø:$#ur ¬! Éb>u úüÏJn=»yèø9$# ÇÊÑËÈ
“Maha suci Tuhanmu
yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan Kesejahteraan
dilimpahkan atas Para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian
alam.” (QS. As -Shỡffᾱt : 180-182)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir
Jalalain bahwa (dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul) yang menyampaikan ajaran
tauhid dan syariat-syariat dari Allah swt. (dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) Yang menolong mereka
dan yang membinasakan orang-orang yang kafir.
Éb>§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ Ç`»uH÷q§9$# ( w tbqä3Î=÷Is çm÷ZÏB $\/$sÜÅz ÇÌÐÈ
“Tuhan yang
memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, yang Maha
Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.” (QS. an-Nabᾱ : 37)
Tafsir ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain
bahwa (Rabb langit dan bumi) dapat
dibaca Rabbis Samaawaati Wal Ardhi dan Rabus Samaawaati Wal Ardhi (dan apa yang
ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah) demikian pula lafal Ar-Rahmaan dapat
dibaca Ar-Rahmaanu dan Ar-Rahmaani disesuaikan dengan lafal Rabbun tadi.
(Mereka tiada memiliki) yakni makhluk semuanya (di hadapan-Nya) di hadapan
Allah swt. (sepatah kata pun) yaitu tiada seseorang pun yang dapat berbicara
kepada-Nya karena takut kepada-Nya.
B. Nama-nama Tuhan
Pada
setiap agama-agama yang ada di dunia ini, tentunya memiliki Tuhan masing-masing.
Dengan tujuan untuk menyembah kepadanya atas kepercayaan serta keyakinan yang
di pegah teguh oleh tiap-tiap penganutnya. Dan kita sebagai umat Islam, tentu
memiliki Tuhan yakni Allah SWT, Dia-lah Tuhan yang maha Esa, Tuhan yang tiada
bandingannya.
Allah
memiliki nama-nama indah yang sangat banyak, jumlahnya tidak terbatas kepada
bilangan 99 saja. Ada ratusan, bahkan
ribuan, atau mungkin total jenderalnya tak terhitung. Namun sifat segenap nama
Illahi terkandung di dalam ke-99 nama Allah yang Indah (Al-Asma ul-Husna).
Nama-nama
Allah yang disebut dengan Asma’ul Husna, yaitu :
Ar-Rahman (Yang Maha
Pemurah), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), Al-Malik (Yang Maha Agung), Al-Quddus
(Yang Maha Suci), As-Salam (Yang Maha Sejahtera), Al-Mukmin (Yang Maha Melimpahkan
Keamanan), Al-Muhaimin (Yang Maha Pengawal dan Pengawas), Al-‘Aziz (Yang Maha
Berkuasa), Al-Jabbar (Yang Maha Kuat), Al-Mutakabbir
(Yang Maha Memiliki Kebesaran), Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), Al-Bari (Yang
Maha Menjadikan), Al-Musawwir ( Yang Maha Pembentuk), Al-Ghaffar (Yang Maha
Pengampun), Al-Qahhar ( Yang Maha Menentukan), Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi),
Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rizki), Al-Fattah (Yang Maha Pembuka), Al-‘Alim
(Yang Maha Mengetahui), Al-Qabidh (Yang Maha Pengekang), Al-Basith (Yang Maha
Melimpahkan Nikmat), Al-Hafidd (Yang Maha Merendahkan), Ar-Rafi’ (Yang Maha
Meninggikan), Al-Mu’iz (Yang Maha Memuliakan), Al-Muzil (Yang Maha Menghinakan)
, As-Sami’ (Yang Maha Mendengar), Al-Bashir (Yang Maha Melihat), Al-Hakam (Yang
Maha Penghukum), Al-‘Adl (Yang Maha Adil), Al-Latif (Yang Maha Lembut),
Al-Khabir (Yang Maha Mengetahui), Al-Halim (Yang Maha Penyantun), Al-‘Azim
(Yang Maha Agung), Al-Ghoffur (Yang Maha Pengampun), As-Syakur (Yang Maha
Bersyukur), Al-‘Aliy (Yang Maha Tinggi), Al-Kabir (Yang Maha Besar), Al-Hafiz (Yang
Maha Memelihara), Al-Muqit (Yang Maha Penjaga), Al-Hasib (Yang Maha
Penghitung), Al-Jalil (Yang Maha Sempurna), Al-Karim (Yang Maha Pemurah),
Ar-Raqib (Yang Maha Mengawasi), Al-Mujib (Yang Maha Mengabulkan), Al-Wasi’ (Yang
Maha Luas), Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana), Al-Wadud (Yang Maha Mengasihani),
Al-Majid (Yang Maha Mulia), Al-Ba’its (Yang Maha Membangkitkan), Asy-Syahid
(Yang Maha Menyaksikan), Al-Haq (Yang Maha Benar), Al-Wakil (Yang Maha
Pentabdir), Al-Qawiy (Yang Maha Kuat), Al-waliy (Yang Maha Pelindung), Al-Matin
(Yang Maha Teguh), Al-hamid (Yang Maha Terpuji), Al-Muhsi ( Yang Maha
Penghitung), Al-Mubdi (Yang Maha Memulai), Al-Mu’id (Yang Maha Mengembalikan),
Al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan), Al-Mumit (Yang Maha Mematikan), Al-Hayy
(Yang Maha Hidup), Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri), Al-Wajid (Yang Maha
Penemu), Al-Majid (Yang Maha Mulia), Al-Wahid (Yang Maha Esa), Al-Ahad (Yang
Maha Esa (satu)), As-Samad (Tempat Bergantung), Al-Qadir (Yang Maha Berupaya),
Al-Muktadir (Yang Maha Berkuasa), Al-Muqaddim (Yang Maha Menyegerakan),
Al-Muakkhir (Yang Maha Mengakhirkan), Al-Awwal (Yang Maha Pertama), Al-Akhir
(Yang Maha Akhir), Az-Zahir (Yang Maha Zahir), Al-Batin (Yang Maha Batin),
Al-Wali (Yang Maha Memerintah), Al-Muta’ali (Yang Maha Tinggi & Mulia),
Al-Barr (Yang Maha Baik), At-Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat), Al-Muntaqim
(Yang Maha Penghukum), Al-‘Awuf (Yang Maha Pemaaf), Malikul-Mulk (Yang Maha
Pemilik Kerajaan), Dzul-Jalali (Yang Maha Memiliki Keagungan & Kemuliaan),
Al-Muqsit (Yang Maha Pemilik Keadilan), Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan),
Al-Ghaniy (Yang Maha Kaya), Al-Mughni (Yang Maha Memakmurkan), Al-Mani’ (Yang
Maha Pencegah), Ad-Darr (Yang Maha Mendatangkan), An-Nafi’ (Yang Maha Pemberi
Manfaat), An-Nur (Yang Maha Pemberi Cahaya), Al-Hadi (Yang Maha Pemberi
Petunjuk), Al-Badi’ (Yang Maha Indah), Al-Baqi’ (Yang Maha Kekal), Al-Warits (Yang Maha Mewarisi),
Ar-Rasyid (Yang Maha Pemberi Petunjuk), As-Shabur (Yang Maha Penyabar).
C. Hubungan Tuhan dengan Hamba-Nya
Seyogyanya setiap
hamba yang beriman (mukmin) menyadari dan memahami hubungan yang terjadi antara
ia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT. Dengan memahami dan menyadari hubungan
dengan Allah SWT maka kualitas iman akan semakin bertambah dan ibadah seorang
hamba akan lebih meningkat serta lebih bermakna, karena ia akan mengetahui
alasan sekaligus tujuan amal-amal yang dilakukannya dalam setiap beribadah kepada
Allah SWT.
Keberadaannya
di muka bumi ini adalah untuk mengabdi, dan beribadah kepada Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Adz-Dzaariyaat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz
£`Ågø:$# }§RM}$#ur
wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9
ÇÎÏÈ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Sudah dapat
dipastikan bahwa Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya dengan menyediakan nikmat
dan rezeki yang Dia tebarkan kepada seluruh makhluk-Nya di muka bumi ini.
Karena Allah yang mengatur segalanya yang ada di muka bumi ini, Dia selalu
mengawasi hamba-hamba-Nya dan tak kan pernah tidur.
D. Profil Hamba yang dikehendaki
Tuhan
Telah
dijelaskan diatas bahwa Allah SWT sangat
mencintai hamba-Nya. Karena Dia menciptakan hamba-Nya pun untuk selalu mengabdi
kepada-Nya, dengan melakukan segala ibadah yang telah Allah perintahkan. Allah
pun akan selalu mengawasi segala yang dikerjakan hamba-Nya, dan tidak akan
pernah lepas dari penglihatannya.
Perlu
diketahui pula, bahwa Allah mempunyai kriteria profil hamba-Nya yang akan
dikehendaki-Nya. Dari setiap pengawasan Allah itulah, akan terpantau oleh-Nya
hamba-hamba-Nya yang akan menjadi hamba-hamba pilihan. Dengan semakin rajin
seorang hamba dalam beribadah, maka akan semakin meningkat pula tingkat
keimanannya bahkan Allah akan meninggikan derajatnya. Dalam ayat-ayat mengenai
Tuhan diatas pun telah disebutkan salah satu kriteria profil tersebut, yaitu
sifat-sifat orang mu’min.
Banyak
berbagai cara Allah mencintai dan menyayangi hamba-hamba-Nya, diantaranya Allah
akan menjadikan kaum pilihannya, selalu menjaganya dari apa yang
diharamkan-Nya, memberikannya ujian serta kesabaran.
Bibliografi
Fu’ad
Abdul Bᾱqi, Muhammad, Mu’jam Mufahros Li Al-Fadzil Qur’an, Kairo: Dar el-Hadith.
Al-Imam
Abu Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Qur’anul Karim, Juz 9, Sinar
Baru Al-Gesindo.
Jalaluddin
Asy-Syuyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, Tafsir Jalalain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar