Minggu, 09 November 2014

TUHAN




A. Pengertian Tuhan
Pada mulanya, tiap kepercayaan keagamaan mengenal yang namanya Tuhan. Berawal dari manusia dalam tiap-tiap agama tersebut menciptakan satu Tuhan yang mana merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi. Dia tidak terwakili oleh gambaran apapun.
Perlu diketahui bahwa makna Tuhan memiliki banyak pengertian. Dalam al-Qur’an penggunaan kata Tuhan berupa lafazh الله , اله, رب   . Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an. Pengertian makna Tuhan, yakni suatu Dzat yang memiliki kekuasaan, kemampuan untuk mengubah, mengatur dan menguasai atas (segala) sesuatu yang lain yang ada di bumi dan di langit. Dia bersifat Yang Maha Esa (tunggal), tidak beranak juga tidak pula diperanakkan.
Berdasarkan penelusuran dari kitab Mu’jam Mufahros Li al-Fadzhil Qur’an, maka diperoleh informasi bahwa terdapat ayat-ayat tentang Tuhan. Pada tiap-tiap surat dalam al-Qur’an hampir kebanyakan dalam ayat-ayatnya terdapat lafazh الله , اله, رب    yang mana digunakan sebagai ungkapan dari kata Tuhan.
Dikarenakan banyaknya kata Tuhan dalam al-Qur’an, maka diambil beberapa contoh dari tiap-tiap lafazh tersebut. Untuk mengetahui makna-makna yang berbeda tiap ayat-ayat pada surat dalam al-Qur’an.
Bentuk kata dari Tuhan dalam al-Qur’an adalah  berbentuk lafazh الله , اله, رب  yang terdapat dalam hampir semua surat. Diantara pengklasifikasian lafazh tersebut, yakni :
1. Lafazh  الله , diantaranya terdapat dalam surat al-Baqarah (2) : 7, an-Nisᾱ (4) : 27, al-Anfᾱl (8) : 2
zNtFyz ª!$# 4n?tã öNÎgÎ/qè=è% 4n?tãur öNÎgÏèôJy ( #n?tãur öNÏd̍»|Áö/r& ×ouq»t±Ïî ( öNßgs9ur ë>#xtã ÒOŠÏàtã ÇÐÈ  
“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, dan mereka akan mendapat siksa yang berat.” (QS. Al-Baqarah : 7)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwasannya (Allah mengunci mati hati mereka) maksudnya menutup rapat hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan (begitu pun pendengaran mereka) maksudnya alat-alat atau sumber-sumber pendengaran mereka dikunci sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang mereka terima (sedangkan penglihatan mereka ditutup) dengan penutup yang menutupinya sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran (dan bagi mereka siksa yang besar) yang berat lagi tetap.
ª!$#ur ߃̍ムbr& z>qçGtƒ öNà6øn=tæ ߃̍ãƒur šúïÏ%©!$# tbqãèÎ7­Gtƒ ÏNºuqpk¤9$# br& (#qè=ŠÏÿsC ¸xøŠtB $VJŠÏàtã ÇËÐÈ  
“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisᾱ : 27)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwa (dan Allah hendak menerima tobatmu) diulang-Nya di sini untuk menjadi dasar pembinaan (sementara orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya ingin) yakni orang-orang Yahudi, Nasrani atau Majusi atau yang gemar berzina (agar kamu berpaling sejauh-jauhnya) artinya menyimpang dari kebenaran dengan berbuat apa yang diharamkan sehingga kamu akan menjadi seperti mereka pula.
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ  
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfᾱl : 2)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Ibnu Katsir bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang munafik itu tiada sesuatu pun dari sebutan nama Allah yang dapat mempengaruhi hati mereka untuk mendorong mereka mengerjakan hal-hal yang difardhukan-Nya. Mereka sama sekali tidak beriman kepada sesuatu pun dari ayat-ayat Allah, tidak bertawakkal, tidak shalat apabila sendirian, dan tidak menunaikan zakat harta bendanya. Maka Allah menyebutkan bahwa mereka bukan orang-orang yang beriman. Kemudian Allah menyebutkan sifat orang-orang mu’min dalam firman-Nya, dan karena itu maka mereka mengerjakan hal-hal yang difardhukan-Nya. Dan kepercayaan mereka pun makin bertambah tebal dan mendalam. Yakni mereka tidak mengharapkan kepada seorang pun selain-Nya.
2. Lafazh  , اله diantaranya terdapat dalam surat al-Baqarah (2) : 255, an-Nisᾱ (4) : 171, Hữd (11) : 14
ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 Ÿw ¼çnäè{ù's? ×puZÅ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ  
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah : 255)
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# Ÿw (#qè=øós? Îû öNà6ÏZƒÏŠ Ÿwur (#qä9qà)s? n?tã «!$# žwÎ) ¨,ysø9$# 4 $yJ¯RÎ) ßxŠÅ¡yJø9$# Ó|¤ŠÏã ßûøó$# zNtƒótB Ú^qÞu «!$# ÿ¼çmçFyJÎ=Ÿ2ur !$yg9s)ø9r& 4n<Î) zNtƒótB Óyrâur çm÷ZÏiB ( (#qãZÏB$t«sù «!$$Î/ ¾Ï&Î#ßâur ( Ÿwur (#qä9qà)s? îpsW»n=rO 4 (#qßgtFR$# #ZŽöyz öNà6©9 4 $yJ¯RÎ) ª!$# ×m»s9Î) ÓÏmºur ( ÿ¼çmoY»ysö7ß br& šcqä3tƒ ¼ã&s! Ó$s!ur ¢ ¼ã&©! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 4s"x.ur «!$$Î/ WxŠÅ2ur ÇÊÐÊÈ  
“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” (QS. An-Nisᾱ : 171)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwa (Allah, tak ada Tuhan), artinya tak ada ma`bud atau sembahan yang sebenarnya di alam wujud ini, (melainkan Dia Yang Maha Hidup), artinya Kekal lagi Abadi (dan senantiasa mengatur), maksudnya terus-menerus mengatur makhluk-Nya (tidak mengantuk) atau terlena, (dan tidak pula tidur. Milik-Nyalah segala yang terdapat di langit dan di bumi) sebagai kepunyaan, ciptaan dan hamba-Nya. (Siapakah yang dapat), maksudnya tidak ada yang dapat (memberi syafaat di sisi-Nya, kecuali dengan izin-Nya) dalam hal itu terhadapnya. (Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka), maksudnya di hadapan makhluk (dan apa yang di belakang mereka), artinya urusan dunia atau soal akhirat, (sedangkan mereka tidak mengetahui suatu pun dari ilmu-Nya), artinya manusia tidak tahu sedikit pun dari apa yang diketahui oleh Allah itu, (melainkan sekadar yang dikehendaki-Nya) untuk mereka ketahui melalui pemberitaan dari para Rasul. (Kursinya meliputi langit dan bumi) ada yang mengatakan bahwa maksudnya ialah ilmu-Nya, ada pula yang mengatakan kekuasaan-Nya, dan ada pula Kursi itu sendiri yang mencakup langit dan bumi, karena kebesaran-Nya, berdasarkan sebuah hadis, "Tidaklah langit yang tujuh pada kursi itu, kecuali seperti tujuh buah uang dirham yang dicampakkan ke dalam sebuah pasukan besar (Dan tidaklah berat bagi-Nya memelihara keduanya), artinya memelihara langit dan bumi itu (dan Dia Maha Tinggi) sehingga menguasai semua makhluk-Nya, (lagi Maha Besar).
óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah. Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasannya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?.” (QS. Hữd : 14)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwa (Jika) bila (mereka yang kalian seru tidak menerima seruan/ajakan kalian) yaitu orang-orang yang kalian ajak untuk membantu kalian (maka ketahuilah) kitab atau pembicaraan ditujukan kepada orang-orang musyrik (sesungguhnya Al-quran itu diturunkan) berdasarkan (ilmu Allah) dan bukannya buat-buatan yang dilakukan terhadap-Nya (dan bahwasanya) an di sini adalah bentuk takhfif daripadanya (tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kalian berserah diri kepada-Nya) sesudah adanya hujah-hujah yang pasti ini. Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalian masuk Islam.

3. Lafazh  , رب diantaranya terdapat dalam surat as -Shỡffᾱt (37) : 180-182, an-Nabᾱ (78) : 37
z`»ysö6ß y7În/u Éb>u Ío¨Ïèø9$# $¬Hxå šcqàÿÅÁtƒ ÇÊÑÉÈ   íN»n=yur n?tã šúüÎ=yößJø9$# ÇÊÑÊÈ   ßôJptø:$#ur ¬! Éb>u šúüÏJn=»yèø9$# ÇÊÑËÈ  
“Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan Kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.” (QS. As -Shỡffᾱt : 180-182)
Tafsiran ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwa (dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul) yang menyampaikan ajaran tauhid dan syariat-syariat dari Allah swt. (dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) Yang menolong mereka dan yang membinasakan orang-orang yang kafir.
Éb>§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ Ç`»uH÷q§9$# ( Ÿw tbqä3Î=÷Is çm÷ZÏB $\/$sÜÅz ÇÌÐÈ  
“Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.” (QS. an-Nabᾱ : 37)
Tafsir ayat di atas, menurut kitab tafsir Jalalain bahwa (Rabb langit dan bumi) dapat dibaca Rabbis Samaawaati Wal Ardhi dan Rabus Samaawaati Wal Ardhi (dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah) demikian pula lafal Ar-Rahmaan dapat dibaca Ar-Rahmaanu dan Ar-Rahmaani disesuaikan dengan lafal Rabbun tadi. (Mereka tiada memiliki) yakni makhluk semuanya (di hadapan-Nya) di hadapan Allah swt. (sepatah kata pun) yaitu tiada seseorang pun yang dapat berbicara kepada-Nya karena takut kepada-Nya.  

 B. Nama-nama Tuhan
Pada setiap agama-agama yang ada di dunia ini, tentunya memiliki Tuhan masing-masing. Dengan tujuan untuk menyembah kepadanya atas kepercayaan serta keyakinan yang di pegah teguh oleh tiap-tiap penganutnya. Dan kita sebagai umat Islam, tentu memiliki Tuhan yakni Allah SWT, Dia-lah Tuhan yang maha Esa, Tuhan yang tiada bandingannya.
Allah memiliki nama-nama indah yang sangat banyak, jumlahnya tidak terbatas kepada bilangan  99 saja. Ada ratusan, bahkan ribuan, atau mungkin total jenderalnya tak terhitung. Namun sifat segenap nama Illahi terkandung di dalam ke-99 nama Allah yang Indah (Al-Asma ul-Husna).
Nama-nama Allah yang disebut dengan Asma’ul Husna, yaitu :
Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), Al-Malik (Yang Maha Agung), Al-Quddus (Yang Maha Suci), As-Salam (Yang Maha Sejahtera), Al-Mukmin (Yang Maha Melimpahkan Keamanan), Al-Muhaimin (Yang Maha Pengawal dan Pengawas), Al-‘Aziz (Yang Maha Berkuasa), Al-Jabbar  (Yang Maha Kuat), Al-Mutakabbir (Yang Maha Memiliki Kebesaran), Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), Al-Bari (Yang Maha Menjadikan), Al-Musawwir ( Yang Maha Pembentuk), Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun), Al-Qahhar ( Yang Maha Menentukan), Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rizki), Al-Fattah (Yang Maha Pembuka), Al-‘Alim (Yang Maha Mengetahui), Al-Qabidh (Yang Maha Pengekang), Al-Basith (Yang Maha Melimpahkan Nikmat), Al-Hafidd (Yang Maha Merendahkan), Ar-Rafi’ (Yang Maha Meninggikan), Al-Mu’iz (Yang Maha Memuliakan), Al-Muzil (Yang Maha Menghinakan) , As-Sami’ (Yang Maha Mendengar), Al-Bashir (Yang Maha Melihat), Al-Hakam (Yang Maha Penghukum), Al-‘Adl (Yang Maha Adil), Al-Latif (Yang Maha Lembut), Al-Khabir (Yang Maha Mengetahui), Al-Halim (Yang Maha Penyantun), Al-‘Azim (Yang Maha Agung), Al-Ghoffur (Yang Maha Pengampun), As-Syakur (Yang Maha Bersyukur), Al-‘Aliy (Yang Maha Tinggi), Al-Kabir (Yang Maha Besar), Al-Hafiz (Yang Maha Memelihara), Al-Muqit (Yang Maha Penjaga), Al-Hasib (Yang Maha Penghitung), Al-Jalil (Yang Maha Sempurna), Al-Karim (Yang Maha Pemurah), Ar-Raqib (Yang Maha Mengawasi), Al-Mujib (Yang Maha Mengabulkan), Al-Wasi’ (Yang Maha Luas), Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana), Al-Wadud (Yang Maha Mengasihani), Al-Majid (Yang Maha Mulia), Al-Ba’its (Yang Maha Membangkitkan), Asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan), Al-Haq (Yang Maha Benar), Al-Wakil (Yang Maha Pentabdir), Al-Qawiy (Yang Maha Kuat), Al-waliy (Yang Maha Pelindung), Al-Matin (Yang Maha Teguh), Al-hamid (Yang Maha Terpuji), Al-Muhsi ( Yang Maha Penghitung), Al-Mubdi (Yang Maha Memulai), Al-Mu’id (Yang Maha Mengembalikan), Al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan), Al-Mumit (Yang Maha Mematikan), Al-Hayy (Yang Maha Hidup), Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri), Al-Wajid (Yang Maha Penemu), Al-Majid (Yang Maha Mulia), Al-Wahid (Yang Maha Esa), Al-Ahad (Yang Maha Esa (satu)), As-Samad (Tempat Bergantung), Al-Qadir (Yang Maha Berupaya), Al-Muktadir (Yang Maha Berkuasa), Al-Muqaddim (Yang Maha Menyegerakan), Al-Muakkhir (Yang Maha Mengakhirkan), Al-Awwal (Yang Maha Pertama), Al-Akhir (Yang Maha Akhir), Az-Zahir (Yang Maha Zahir), Al-Batin (Yang Maha Batin), Al-Wali (Yang Maha Memerintah), Al-Muta’ali (Yang Maha Tinggi & Mulia), Al-Barr (Yang Maha Baik), At-Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat), Al-Muntaqim (Yang Maha Penghukum), Al-‘Awuf (Yang Maha Pemaaf), Malikul-Mulk (Yang Maha Pemilik Kerajaan), Dzul-Jalali (Yang Maha Memiliki Keagungan & Kemuliaan), Al-Muqsit (Yang Maha Pemilik Keadilan), Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan), Al-Ghaniy (Yang Maha Kaya), Al-Mughni (Yang Maha Memakmurkan), Al-Mani’ (Yang Maha Pencegah), Ad-Darr (Yang Maha Mendatangkan), An-Nafi’ (Yang Maha Pemberi Manfaat), An-Nur (Yang Maha Pemberi Cahaya), Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk), Al-Badi’ (Yang Maha Indah), Al-Baqi’ (Yang  Maha Kekal), Al-Warits (Yang Maha Mewarisi), Ar-Rasyid (Yang Maha Pemberi Petunjuk), As-Shabur (Yang Maha Penyabar).
C. Hubungan Tuhan dengan Hamba-Nya
Seyogyanya setiap hamba yang beriman (mukmin) menyadari dan memahami hubungan yang terjadi antara ia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT. Dengan memahami dan menyadari hubungan dengan Allah SWT maka kualitas iman akan semakin bertambah dan ibadah seorang hamba akan lebih meningkat serta lebih bermakna, karena ia akan mengetahui alasan sekaligus tujuan amal-amal yang dilakukannya dalam setiap beribadah kepada Allah SWT.
Keberadaannya di muka bumi ini adalah untuk mengabdi,  dan beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Adz-Dzaariyaat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Sudah dapat dipastikan bahwa Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya dengan menyediakan nikmat dan rezeki yang Dia tebarkan kepada seluruh makhluk-Nya di muka bumi ini. Karena Allah yang mengatur segalanya yang ada di muka bumi ini, Dia selalu mengawasi hamba-hamba-Nya dan tak kan pernah tidur.
D. Profil Hamba yang dikehendaki Tuhan
Telah dijelaskan diatas bahwa  Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya. Karena Dia menciptakan hamba-Nya pun untuk selalu mengabdi kepada-Nya, dengan melakukan segala ibadah yang telah Allah perintahkan. Allah pun akan selalu mengawasi segala yang dikerjakan hamba-Nya, dan tidak akan pernah lepas dari penglihatannya.
Perlu diketahui pula, bahwa Allah mempunyai kriteria profil hamba-Nya yang akan dikehendaki-Nya. Dari setiap pengawasan Allah itulah, akan terpantau oleh-Nya hamba-hamba-Nya yang akan menjadi hamba-hamba pilihan. Dengan semakin rajin seorang hamba dalam beribadah, maka akan semakin meningkat pula tingkat keimanannya bahkan Allah akan meninggikan derajatnya. Dalam ayat-ayat mengenai Tuhan diatas pun telah disebutkan salah satu kriteria profil tersebut, yaitu sifat-sifat orang mu’min.
Banyak berbagai cara Allah mencintai dan menyayangi hamba-hamba-Nya, diantaranya Allah akan menjadikan kaum pilihannya, selalu menjaganya dari apa yang diharamkan-Nya, memberikannya ujian serta kesabaran.




Bibliografi
Fu’ad Abdul Bᾱqi, Muhammad, Mu’jam Mufahros Li Al-Fadzil Qur’an, Kairo: Dar el-Hadith.
Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Qur’anul Karim, Juz 9, Sinar Baru Al-Gesindo.
Jalaluddin Asy-Syuyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, Tafsir Jalalain.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar